zettaproject

Blog ini dibuat hanya sebagai aksi ikut-ikutan nge-Blog!!! walaupun dunia blog sudah mulai redup pamornya, sudah mulai tergeser para pendatang baru serta udah ter degradasi ke devisi II, tapi hal ini tidak masalah dan malah bagus, jadi apa yg saya posting tidak di amati oleh orang laen..,^_^

Tahun baru..,banyak orang yg dg sadis dan tak berperikeadilan kluyuran di jalan,meniup terompet, menggeber motornya keras2,tanpa mengetahui apakah yg dilakukannya itu mengganggu orang laen apa tidak??

Bagi saya tahun baru ato tahun lama gak ada bedanya sama sekali,hari2 berjalan seperti biasanya,gak ada yg istimewa,(mungkin hanya ganti kalender masehi aja di rumah). Klo waktunya masuk kerja ya tetep masuk. Terkadang saya heran dengan kebanyakan orang di sekitar saya,yang menyambut tahun baru dengan mengadakan acara2 khusus, pesta kembang api (kayak wong ndeso aja), pawai dijalan, yang mereka ngerti apa tidak bahaya yang bisa di timbulkan???.

ya tapi itulah manusia, punya pemikiran sendiri2 tentang tahun baru. Bagi saya setiap hari adalah sama, yang penting hari ini lebih baek dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baek dari hari ini.

Sekedar mengingat, tahun baru 2008 saya masih di surabaya, bengong di kost sambil ngupil karena maw pulang gak bisa (Bojonegoro banjir besar dan di rumah mati lampu gak idup2), ya jadilah saya mengambil keputusan sepihak untuk tidak maw pulang.
Tahun 2009 : tahun baru waktu itu saya pergunakan untuk tidur dirumah, hmmm..besoknya bangun tidur terasa segar karena sudah tertidur selama setahun..,
Tahun 2010 (tadi malam) : kejadian tahun 2009 terulang lagi, tapi bedanya bangunnya kesiangan, padahal hurus masuk kerja..,maka terjadilah beraktifitas pagi secara patas dan express, (banyangkan jam 06.00 harus sudah masuk kantor dan saya bangun pukul 05.45) ini terjadi karena habis subuh koq tumben2nya saya tertidur dengan tanpa dosa dan anehnya semua orang di kantor datang terlambat dan saya datang paling pagi, DIENG..!!!!

Tak akan ada rasa bosan tentang yang satu ini. Yah..sesuatu yang banyak menyimpan sejuta ungkapan, harapan, kenangan yang selalu teringat tatkala ia datang..,yaa..Hujan, hujan yang turun dari langit, yang setiap aku melihatnya, tak akan pernah ada rasa bosan.

Hujan yang turun selalu terasa indah bagiku, membawa sejuta rahmat bagi alam, membangkitkan sejuta kenangan yang pernah terlukis indah dalam hari2 laluku. Melihat hujan yang turun seolah menjadi pemandangan indah dan mahal yang tak akan mungkin ku lewatkan. Melihatnya dibalik jendela, melihatnya melewati cahaya lampu alun2 dimalam hari it's very interesting.

Disaat hujan turun disertai petir, terdapat kecemasan dan juga harapan..,

Akhir2 ini rasanya gak semangat blas ngapa2in, nyampe kantor hawane ngantuk ae, kerjo senengane guyon ae n gak konsen pada apa yang dikerjakan, bahkan apa yang harus dikerjakan juga lupa. Pulang kerja mpe dirumah juga langsung tidur (gak ding, makan dulu trus sholat) baru tidur. Jam setengah 8 malam aja sudah kayak jam 1 pagi, hal ini membuat mata udah tidak bisa diajak kompromi lagi dan maw tidak maw harus shut down.

Gak tau apa yang terjadi, emosi juga sering naik turun. Bawaannya malessss..,malesss dan Malessss...,tapi Alhamdulillah bernafas tidak males. Mungkin udah waktunya saya harus mencari seseorang yang bisa membuat saya bersemangat lagi, membuat saya mempunyai tujuan hidup yang jelas, terarah dan terencana, Yah..seorang yang bisa dijadikan teman cerita, teman maen, teman bertengkar, teman bercanda, teman untuk digoda, teman yang bisa membuat kita senang dan sedih, teman yang menemani tidur juga. ya seorang yang akan saya lindungi dan saya jaga dari segala hal yang bisa membahayakan dirinya, yang harus saya bahagiakan dan saya arahkan agar menjadikan kami lebih baek dan selamat dari siksa api neraka. mungkin dialah yang dalam masyarakat kita di namakan "Garwo" (sigare nyowo) ato dalam bahasa indonesianya IStri.

Hebat rasanya ketika mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama telah bekerja di sebuah perusahaan bonafit dengan gaji jutaan rupiah per bulan. Belum lagi perusahaan sering menugaskan wanita tersebut terbang ke luar negri untuk
menyelesaikan urusan perusahaan. Tergambar seolah kesuksesan telah dia raih. Benar
seperti itukah?

Kebanyakan orang akan beranggapan demikian. Sesuatu dikatakan sukses lebih dinilai
dari segi materi sehingga jika ada sesuatu yang tidak memberi nilai materi akan dianggap remeh. Cara pandang yang demikian membuat banyak dari wanita muslimah
bergeser dari fitrohnya. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak
hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita `menunjukkan
eksistensi diri' di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang
ibu adalah hal yang rendah.

Kita bisa dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama "Sekarang kerja
dimana?" rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau
menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk "Saya adalah ibu rumah tangga". Rasanya
malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu "sukses" berkarir di sebuah
perusahaan besar. Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan
universitas ternama dengan prestasi bagus atau bahkan berpredikat cumlaude hendak
berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus
berhadapan dengan "nasehat" dari bapak tercintanya: "Putriku! Kamu kan sudah
sarjana, cumlaude lagi! Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak."
Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu
sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga.

Ibu Sebagai Seorang Pendidik

Syaikh Muhammad bin Shalih al `Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa perbaikan
masyarakat bisa dilakukan dengan dua cara: Pertama, perbaikan secara lahiriah, yaitu
perbaikan yang berlangsung di pasar, masjid, dan berbagai urusan lahiriah lainnya.
Hal ini banyak didominasi kaum lelaki, karena merekalah yang sering nampak dan
keluar rumah. Kedua, perbaikan masyarakat di balik layar, yaitu perbaikan yang
dilakukan di dalam rumah. Sebagian besar peran ini diserahkan pada kaum wanita sebab
wanita merupakan pengurus rumah. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa
ta'ala yang artinya:

"Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya." (QS. Al-Ahzab: 33)

Pertumbuhan generasi suatu bangsa adalah pertama kali berada di buaian para ibu. Ini
berarti seorang ibu telah mengambil jatah yang besar dalam pembentukan pribadi
sebuah generasi. Ini adalah tugas yang besar! Mengajari mereka kalimat Laa Ilaaha
Illallah, menancapkan tauhid ke dada-dada mereka, menanamkan kecintaan pada Al Quran
dan As Sunah sebagai pedoman hidup, kecintaan pada ilmu, kecintaan pada Al Haq,
mengajari mereka bagaimana beribadah pada Allah yang telah menciptakan mereka,
mengajari mereka akhlak-akhlak mulia, mengajari mereka bagaimana menjadi pemberani
tapi tidak sombong, mengajari mereka untuk bersyukur, mengajari bersabar, mengajari
mereka arti disiplin, tanggung jawab, mengajari mereka rasa empati, menghargai orang
lain, memaafkan, dan masih banyak lagi. Termasuk di dalamnya hal yang menurut banyak
orang dianggap sebagai sesuatu yang kecil dan remeh, seperti mengajarkan pada anak
adab ke kamar mandi. Bukan hanya sekedar supaya anak tau bahwa masuk kamar mandi itu
dengan kaki kiri, tapi bagaimana supaya hal semacam itu bisa menjadi kebiasaan yang
lekat padanya. Butuh ketelatenan dan kesabaran untuk membiasakannya.

Sebuah Tanggung Jawab

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya: "Peliharalah dirimu dan keluargamu!"
di atas menggunakan Fi'il Amr (kata kerja perintah) yang menunjukkan bahwa hukumnya
wajib. Oleh karena itu semua kaum muslimin yang mempunyai keluarga wajib
menyelamatkan diri dan keluarga dari bahaya api neraka.

Tentang Surat At Tahrim ayat ke-6 ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu
berkata, "Ajarkan kebaikan kepada dirimu dan keluargamu." (Diriwayatkan oleh Al
Hakim dalam Mustadrak-nya (IV/494), dan ia mengatakan hadist ini shahih berdasarkan
syarat Bukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya)

Muqatil mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah, setiap muslim harus mendidik
diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan dan
melarang mereka dari perbuatan maksiat.

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa beberapa ulama mengatakan bahwa Allah subhanahu wa
ta'ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari
kiamat sebelum si anak sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana
seorang ayah itu mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas
ayahnya. Jika Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami wajibkan kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya." (QS. Al Ankabut: 7), maka disamping
itu Allah juga berfirman, "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
berbahan bakar manusia dan batu." (QS. At Tahrim: 6)

Ibnu Qoyyim selanjutnya menjelaskan bahwa barang siapa yang mengabaikan pendidikan
anaknya dalam hal-hal yang bermanfaat baginya, lalu ia membiarkan begitu saja,
berarti telah melakukan kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah
akibat orang tua yang acuh tak acuh terhadap anak mereka, tidak mau mengajarkan
kewajiban dan sunnah agama. Mereka menyia-nyiakan anak ketika masih kecil sehingga
mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari anak mereka ketika dewasa, sang anak pun
tidak bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi ayahnya.

Adapun dalil yang lain diantaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala yang
artinya:

"dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang dekat." (QS asy Syu'ara': 214)

Abdullah bin Umar radhiyallahu `anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu
`alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Kaum lelaki adalah pemimpin bagi
keluarganya di rumah, dia bertanggung jawab atas keluarganya. Wanita pun pemimpin
yang mengurusi rumah suami dan anak-anaknya. Dia pun bertanggung jawab atas diri
mereka. Budak seorang pria pun jadi pemimpin mengurusi harta tuannya, dia pun
bertanggung jawab atas kepengurusannya. Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung
jawab atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari 2/91)

Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa setiap insan yang ada hubungan keluarga
dan kerabat hendaknya saling bekerja sama, saling menasehati dan turut mendidik
keluarga. Utamanya orang tua kepada anak, karena mereka sangat membutuhkan
bimbingannya. Orang tua hendaknya memelihara fitrah anak agar tidak kena noda syirik
dan dosa-dosa lainnya. Ini adalah tanggung jawab yang besar yang kita akan dimintai
pertanggungjawaban tentangnya.

Siapa Menanam, Dia akan Menuai Benih

Bagaimana hati seorang ibu melihat anak-anaknya tumbuh? Ketika tabungan anak kita
yang usia 5 tahun mulai menumpuk, "Mau untuk apa nak, tabungannya?" Mata rasanya
haru ketika seketika anak menjawab "Mau buat beli CD murotal, Mi!" padahal anak-anak
lain kebanyakan akan menjawab "Mau buat beli PS!" Atau ketika ditanya tentang
cita-cita, "Adek pengen jadi ulama!" Haru! mendengar jawaban ini dari seorang anak
tatkala ana-anak seusianya bermimpi "pengen jadi Superman!"

Jiwa seperti ini bagaimana membentuknya? Butuh seorang pendidik yang ulet dan
telaten. Bersungguh-sungguh, dengan tekad yang kuat. Seorang yang sabar untuk setiap
hari menempa dengan dibekali ilmu yang kuat. Penuh dengan tawakal dan bergantung
pada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu. jika seperti ini, bisakah kita begitu saja
menitipkannya pada pembantu atau membiarkan anak tumbuh begitu saja?? Kita sama-sama
tau lingkungan kita bagaimana (TV, media, masyarakat,.) Siapa lagi kalau bukan kita,
wahai para ibu -atau calon ibu-?

Setelah kita memahami besarnya peran dan tanggung jawab seorang ibu sebagai seorang
pendidik, melihat realita yang ada sekarang sepertinya keadaannya menyedihkan! Tidak
semua memang, tapi banyak dari para ibu yang mereka sibuk bekerja dan tidak
memperhatikan bagaimana pendidikan anak mereka. Tidak memperhatikan bagaimana aqidah
mereka, apakah terkotori dengan syirik atau tidak. Bagaimana ibadah mereka, apakah
sholat mereka telah benar atau tidak, atau bahkan malah tidak mengerjakannya.
Bagaimana mungkin pekerjaan menancapkan tauhid di dada-dada generasi muslim bisa
dibandingkan dengan gaji jutaan rupiah di perusahaan bonafit? Sungguh! sangat jauh
perbandingannya.

Anehnya lagi, banyak ibu-ibu yang sebenarnya tinggal di rumah namun tidak juga
mereka memperhatikan pendidikan anaknya, bagaimana kepribadian anak mereka dibentuk.
Penulis sempat sebentar tinggal di daerah yang sebagian besar ibu-ibu nya menetap di
rumah tapi sangat acuh dengan pendidikan anak-anak mereka. Membesarkan anak seolah
hanya sekedar memberinya makan. Sedih!

Padahal anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang
kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Setiap kebajikan
akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tidak inginkah hari
kita terisi dengannya? Atau memang yang kita inginkan adalah kesuksesan karir anak
kita, meraih hidup yang berkecukupan, cukup untuk membeli rumah mewah, cukup untuk
membeli mobil mentereng, cukup untuk membayar 10 pembantu, mempunyai keluarga yang
bahagia, berakhir pekan di villa. Tanpa memperhatikan bagaimana aqidah, bagaimana
ibadah, asal tidak bertengkar dan bisa senyum dan tertawa ria di rumah, disebutlah
itu dengan bahagia.

Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya
mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang
mau mengurus kita kalau kita tidak pernah mendidik anak-anak kita? Bukankah mereka
sedang sibuk dengan karir mereka yang dulu pernah kita banggakan, atau mungkin
sedang asik dengan istri dan anak-anak mereka?

Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika
diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat
banyak karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita
tidak pernah mengajari anak-anak kita?

Lalu.

Masihkah kita mengatakan jabatan ibu rumah tangga dengan kata `cuma'? dengan
tertunduk dan suara lirih karena malu?

Wallahu a'lam

NB: Tulisan bagus diatas ditulus oleh Ummu Ayyub
Muroja'ah: Ust Abu Ahmad

Ternyata tidak mudah untuk menjadi orang tua. diperlukan dasar yang sangat mumpuni dan bakat alam terselubung untuk bisa expert menjadi orang tua (baca dewasa) secara instant.
Selama empat puluh hari terakhir ini, saya tiba2 dihadapkan secara frontal dan brutal menjadi orang tua. Apa yang terjadi????? tidak ada sama sekali!!!!! hari2 saya berjalan selayaknya hari biasa sebelum 40 hari itu. Gak ada yang yg berubah dari level kedewasaan saya. malah boleh di bilang kalo levelnya mengalami degradasi secara parsial dan terencana. Satu2nya yang secra significan terjadi adalah penghabisan uang tabungan secara masif dan terstruktur serta tidak bisa dihindari. ya apa boleh buat, satu2nya kedewasaan yg terjadi adalah keikhlasan yang mulai membaik. Ya selama 40 hari ini level keikhlasan saya boleh dibilang naik pangkat, dapat item rahasia yang telah hilang ribuan tahun lalu..,


Tapi yang terpenting, setelah 40 hari itu akhirnya tugas menjaadi orang tua buat 3 orang anak2 tidak bergizi akan digantikan oleh yang berwenang (bapak and ibuk). Semoga setelah 40 hari ini, akan terjadi perubahan yang berarti dirumah..,doa2 yang dipanjatkan disana bisa segera terkabul..,AMINN...

Saat ini, bekerja menjadi rutinitas yang melelahkan. Bukanya saya tidak bersyukur, saya sangat amat bersyukur dengan apa yang saya peroleh saat ini. Bekerja dekat rumah, makan gak bayar, gak usah kost, Gaji 100% di tabung dan masih banyak yang laennya, Alhamdulillah Ya Robb...

Namun sangat manusiawi sekali bahwa kita pengen yang lebih nyaman, lebih enak dari pekerjaan kita yang sekarang. perlu diketahui, saya bekerja mulai jam 06.00 sampai jam 18.00 selama 2 minggu penuh tanpa libur, gak peduli itu hari minggu, tanggal merah lebaran atau yang laennya. walaupun setelah itu saya libur 1 minggu penuh, tapi yang namanya karyawan tetep aja kena pasal penindasan, alias disuruh masuk pas waktu kita libur. hmmmm...sangat gak enak kondisi ini..

Maka dari itu, menjadi seorang pengusaha ato manager diperusahaan sendiri adalah cita2 saya kedepan, kata seorang teman "menjadi karyawan itu sama halnya membatasi (menakar) rejeki kita sendiri" beda dengan pengusaha, yg bisa menaksir pendapatan yg akan dia dapat tiap bulannya. jika dia malas, maka akan dapat sedikit dan begitupun sebaliknya,

ada beberapa alasan mengapa menjadi seorang karyawan tidak begitu menarik lagi bagi saya. yang pertama, sebagai karyawan sudah pastinya kita punya atasan, dan terkadang atasan tersebut bisa semena-mena kepada kita, seperti : meminta celana kita, merebut pacar kita, merampas es krim kita, mencukur bulu ketek kita..,hehehehe...gak ding..
tapi yang jelas, kita akan disuruh2 secara tidak manusiawi dan kita tidak bisa menolaknya. Nah itu yang tidak ENAAKK... Walau itulah resikonya, jika gak terima ya keluar saja, lha klo keluar dari pekerjaan trus anak istri maw dikasih makan apa???? kan rumput dan daun2an udah mulai langka sekarang..,hehehehe...

ya itulah kondisi saya sekarang ini, hanya bisa meratap tanpa bisa berani untuk memutuskan, tapi inilah hidup, semuanya punya warna dan permasalahan sendiri2. yang penting kita HARUS TETAP BERSYUKUR dan terus belajar dan berusaha untuk menggapai semua mimpi2 yang kita punya...,

Pas waktu kecil kita di tanya "Nanti kalo gede pengen jadi apa??" maka secara heterogen akan muncul banyak sekali jawaban yang berwarna-warni. Dokter menjadi rangking teratas jawaban, disusul kemudian Insinyur dan diikuti kemudian tentara,Guru dan masih banyak lainya.

Menginjak telek pitik, (eh dewasa... )maka jawaban itu akan sesuai dengan realita yang ada sekarang. Sewaktu kita mahasiswa maka jawaban pertanyaan diatas akan sesuai dengan jurusan yang diambil oleh tiap2 orang, apakah itu Guru, diplomat, dokter, Engineer dan seabrek jurusan2 yang saya tidak hafal semuanya. Sewaktu saya jadi mahasiswa, yang terlintas di benak saya saat itu adalah ketika saya lulus maka saya akan melamar keberbagai bidang pekerjaan seantero indonesia dan akan menjadi karyawan disalah satu perusahaan yang berhasil saya lalaui test masuknya.

Begitu lulus kuliah, dimulailah petualangan memburu lapangan kerja, dengan quota yang gak habis dihitung dengan jari kita, sedangkan jumlah pelamar yang jumlahnya menghabiskan persediaan beras seluruh jawa timur, saya memasukan seluruh lowongan yang pernah saya temui (tidak termasuk melamar tukang pijit ding...).

Saya termasuk freshgraduated yang sangat selektif dalam memilih lowongan pekerjaan. Ibaratnya teman saya sudah mengapplay 100 lamaran, saya belum sama sekali. Hal ini dikarenakan modal mentereng yang saya punyai, yakni lulus kuliah dengan predikat kayak Pak Habibie, hueekkk..,maka hanya perusahaan dengan label terkenal saja yang saja minati. Berbagai tawaran tidak menggiurkan dari perusahaan gurem saya TOLAK semuanya (ex: Perusahaan Tukang Tambal Ban Pinggir Jalan, untuk posisi tembelannya; Perusahaan Warung Gresik sbg Ganjelan Kursi). Alhasil berhari-hari saya luntang-lantung menjadi SIMATUPANG (siang Malam Tunggu Panggilan).

Karena desakan kebutuhan dan rasa kemaluan yang tinggi(udah lulus tapi masih minta uang ke bapak), maka dengan pasrah saya menerima pekerjaan di sebuah perusahaan Pelayaran di Surabaya. namun hal ini tidak berjalan lama, karena sangat tidak sesuai dengan minat dan bakat saya, walaupun secara background pendidikan sangat KLOP (saya lulusan Marine Engineering ITS Surabaya). akhirnya hari-hari "penderitaan" saya dimulai, saya dibuat ngepel,dibuat bersihin kakus, dibuat cuci piring..,hmmmm...ENGGA DING..,hehehehehe...sebelum akhirnya saya memeutuskan untuk tidak betah dan akhirnya Free Transfer ke perusahaan laen.

Saat ini saya sudah menyelesaikan bursa transfer, pindah dengan status pemain termahal, diatasnya cristiano ronaldo beberapa rupiah saja,hehehe...
Yang benar,saya sudah pindah kerja keperusahaan laen, Sebuah perusahaan yang jarak tempuhnya cuma +/- 5 menit dari rumah orang tua saya alias dekat rumah, dengan gaji beberapa kali lipat lebih banyak dari gaji yang saya terima dari perusahaan lama. Sebuah perusahaan asing yang bergerak dibidang cari dan gali kekayaan bumi untuk dijadikan bahan baku untuk bahan bakar mobil kita.

Menulis.....,berasal dari kata dasar tulis dan mendapat imbuhan me-, seperti itukah???
tapi ternyata gak sesimple itu, menulis itu hal yang sangat sulit bagi sebagian orang (termasuk saya). Bagi saya untuk menulis sebuah kalimat (yang bagus) saja sudah sangat amat rumit dan mbulet, butuh kemampuan khusus dan bakat alam agar bisa menghasilkan sebuah tulisan. Tapi saya kira tidak cukup itu, perlu latihan bertahun-tahun dan seminar intensif di gunung kidul sehingga nantinya menghasilkan 1 sampe 2 kalimat yang bisa membuuat orang tertawa-tawa sendiri kayak wong stresss.

Menurut saya pribadi, sebuah tulisan yang bagus itu jika tulisan tersebut bisa membuat si pembaca senyum2 sendiri, pengen baca tuh tulisan berulang-ulang, sampe pada tahap akut, seperti pengen menjadikan si penulis sebagai pacarnya, ato menyerahkan adiknya ayng cakep untuk dipacari, hmmmm....

Penulis seperti Raditya dika misalnya, hanya dengan membuat tulisan yang mbanyol bisa menjadikannya terkenal, punya ratusan ribu follower di twitter, punya cewek se cakep serina munaf..!!!padahal klo boleh dibilang dia itu gak cakep2 amat,pendek pula..,hehehehe...

Lalu apakah saya ingin menjadi penulis??? oh tidak..,itu bukan dunia saya men..!!saya ingin menjadi seorang pengusaha, walaupun basic saya di Engineering, saya tetep pengen dadi "BOS", mengelola perusahaan saya sendiri, punya anak buah sehingga menciptakan lapangan kerja, yeaaahhh..,mengurangi pengangguran, uhuuuiii...,sehingga nantinya gak ada orang indonesia yang jadi TKI lagi,hehehehehe

terkadang saya berpikir, mengapa tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang?? tatkala saya harus sharing dengan orang yang tidak pernah sekolah, yang ada hanyalah perbedaan pendapat atau yg lebih parah malah eyel2an gak mutu yg malah bikin marmosi (baca emosi). padahal mereka jauh lebih tua dari saya..,

apakah bertambahnya usia tidak berbanding lurus dengan tingkat EQ orang?? apakah dewasa itu tidak berbanding lurus dengan "senioritas"?? dan masih banyak lagi pertanyaan yang memenuhi isi kepala..,

biasanya kalo sudah begitu, kita yang muda yang harus mengalah..,huhhh...


NB: postingan diatas sebenarnya hanya agar kellihatan ada postingan di bloq ini, dikarenakan usia bloq yang baru beberapa jam, maka menulis dan menulis adalah sebuah keniscayaan agar blog kelihatan exist, hehe..

tulisan ini adalah tulisan pertama saya di dunia per-Blog-an. Membuat blog ini merupakan inspirasi dari orang laen, alias ikut2an atau mbebek dalam bahasa pengkaderannya. Ada beberapa figur yang berperan pasif sehingga sy memutuskan untuk membuat blog. mereka adalah orang yang tidak "sengaja" kebuka blognya oleh mouse saya, sehingga menginspirasi terlahirnya blog ini,

Konsep dari blog ini adalah gado2, sehingga nantinya akan berisi postingan2 yang sangat bergizi (baca bermanfaat), agak bergizi, kurang bergizi, sampai tidak punya nilai gizi sama sekali. Adapun metode penulisan yang akan digunakan adalah sebuah metode yang sudah sangat terkenal di dunia persilatan, yang populer di kalangan para pendekar, pernah digunakan oleh para Doktor dan Professor untuk menyelesaikan penelitian-penelitian mereka, yaitu : "METODE NGAWUR SEKUAT TENAGA"

Diramu dengan berbagai resep rahasia dan keahlian tingkat tinggi, maka diharapkan blog ini akan bermanfaat bagi saya sendiri khususnya, oranng laen pada umumnya dan bagi bangsa dan negara tentunya..,