zettaproject

Blog ini dibuat hanya sebagai aksi ikut-ikutan nge-Blog!!! walaupun dunia blog sudah mulai redup pamornya, sudah mulai tergeser para pendatang baru serta udah ter degradasi ke devisi II, tapi hal ini tidak masalah dan malah bagus, jadi apa yg saya posting tidak di amati oleh orang laen..,^_^

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik terdapat sebuah dialog antara seorang sahabat dengan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Lengkapnya sebagai berikut:

و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ أَنَّهُ قَالَ

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا

فَقَالَ نَعَمْ فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيلًا فَقَالَ نَعَمْ

فَقِيلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا

(MALIK - 1571) : Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata; "Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?" Beliau menjawab: 'Ya." Kemudian ditanya lagi; "Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?" Beliau menjawab: "Ya." Lalu ditanyakan lagi; "Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?" Beliau menjawab: "Tidak."

Berdasarkan hadits itu jelas bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memaklumi jika seorang mukmin memiliki sifat sebagai penakut. Begitu pula Nabi shollallahu ’alaih wa sallam masih memaklumi jika seorang mukmin memiliki sifat bakhil. Namun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam samasekali tidak membenarkan seorang mukmin menjadi seorang pembohong alias pendusta. Mengapa demikian?

Di dalam berbagai penjelasan –baik ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam- selalu saja sifat kaum munafiqun dikaitkan dengan kebiasaan berdusta. Berdusta merupakan trademark utama kaum munafiqun.

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ

وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al-Munafiqun ayat 1)

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ

كَانَ مُنَافِقًاأَوْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ

كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ

حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ

وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

(BUKHARI - 2279) : Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada empat hal yang bila ada pada seseorang berarti dia adalah munafiq atau siapa yang memiliki empat kebiasaan (tabi'at) berarti itu tabiat munafiq sampai dia meninggalkannya, yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan khiyanat dan jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang".

Oleh karenanya, sudah sepatutnya orang-orang beriman mewaspadai sifat dan kebiasaan berdusta. Karena jika seseorang sudah mulai terbiasa berdusta, maka ia akan distempel Allah menjadi seorang pendusta. Dan pada gilirannya hal ini bisa menceburkan dirinya ke dalam golongan kaum munafiqun. Dan sebaliknya, jika ia membiasakan diri untuk selalu berlaku benar atau jujur, niscaya ia akan dicap oleh Allah sebagai lelaki yang jujur, sehingga ia bakal digolongkan ke dalam kelompok orang beriman sejati.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ

وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ

حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًاوَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ

وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

(BUKHARI - 5629) : Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."

Saudaraku, dalam kehidupan modern dimana fitnah sedemikian mewabah, sangatlah sulit menemukan sifat jujur di tengah masyarakat. Sebaliknya, sangat mudah kita jumpai sifat berdusta di sekeliling kita. Sedemikian langkanya sifat jujur sehingga kita sering mendengar orang berkata: ”Mana bisa maju kalau kita berlaku jujur terus..... Sudahlah, bersikap realistik sajalah. Kita kadang-kala memang perlu berbohong...!” Malah, terkadang kita mendengar orang dengan yakinnya berkata: ”Hanya dengan berbohonglah kita bakal berhasil di dunia...!”

Orang yang hidup penuh dusta akan menjadi orang yang senantiasa dilanda keraguan. Sedangkan orang yang hidup selalu berlaku jujur pasti akan memiliki ketenteraman di dalam hatinya, walaupun ia berresiko dikucilkan. Demikianlah janji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ

فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

(TIRMIDZI - 2442) : Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam: "Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan."

Saudaraku, waspadailah kebiasaan berdusta yang menjadi ciri utama kaum munafiqun. Sebab inilah kelompok manusia yang paling merugi kelak. Mereka bukan saja bakal bernasib sama dengan kaum kafir, yaitu masuk ke dalam azab Allah neraka yang menyala-nyala. Tetapi mereka bahkan dimasukkan ke dalam neraka dengan berada di kapling paling berat siksanya. Dan mereka kekal di dalamnya, tanpa ada fihak yang bisa menolong.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka” (QS An-Nisa ayat 145).

Ramadhan Mubarok. Menjelang tibanya bulan Ramadhan, setiap orang beriman merasa berbahagia. Setiap pencinta al-khair (kebaikan) bersuka cita. Ada suasana penuh ketaatan dan kesucian yang sungguh dinantikan. Bukan rahasia lagi, bahwa sebagian besar ummat Islam mengalami perubahan penampilan bila sudah memasuki bulan penuh rahmat dan berkah Ilahi. Yang jarang muncul di masjid, tiba-tiba kita jumpai datang sholat ke masjid. Yang jarang membuka mushaf Al-Qur’an, sekonyong-konyong rajin tilawah. Muslimah yang tidak pernah menutup auratnya, mendadak tampil ber-jilbab. Subhaanallah.

Bahkan mereka yang biasa berbuat maksiat juga ”terpaksa” mengurangi perilaku tercelanya. Bukan karena ia sadar, tapi karena ada semacam keharusan untuk merahasiakan kemungkarannya. Ada kesungkanan untuk secara vulgar meneruskan dosanya. Sebut saja ada sejenis ”solidaritas” yang perlu ia tunjukkan di muka umum karena berada di dalam bulan suci. Ada semacam ketidak-leluasaan untuk meneruskan kemaksiatannya dibandingkan bila berada di bulan-bulan selain Ramadhan. Sungguh, bagi para penggemar kemaksiatan bulan Ramadhan merupakan bulan penuh siksaan batin dan penderitaan lahir. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Benarlah apa yang diucapkan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam haditsnya berikut ini.

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ

Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-2 Neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-2 surga dibuka dan tak satupun yang ditutup dan ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” (HR Tirmidzi)

Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa keadaan dunia dewasa ini tidaklah sama dengan keadaannya di masa lalu. Sebut saja sepuluh, limapuluh apalagi seratus atau dua ratus tahun yang lalu. Hanya dalam beberapa tahun belakangan ini, secara cepat dunia telah mengalami penuaan mendadak. Dunia sudah tua renta. Ibarat seorang manula (manusia usia lanjut), dunia sudah berjalan membungkuk dengan menggunakan tongkat, rambutnya sudah banyak yang memutih beruban. Memang, semenjak limabelas abad yang lalu sewaktu diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ke muka bumi, dunia segera memasuki era Akhir Zaman. Mengapa? Karena Nabi Akhir Zaman telah diutus oleh Allah. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam merupakan penutup rangkaian para Nabi utusan Allah yang diperuntukkan bagi penutup para ummat. Beliau merupakan Nabi Akhir Zaman untuk kita, Ummat Akhir Zaman.

Dalam sebuah hadits panjang riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan ringkasan perjalanan sejarah Ummat Islam yang hidup di Akhir Zaman. Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa bakal ada lima babak yang dilalui dalam sejarah ummat Islam di Akhir Zaman. Dari kelima babak tersebut kita telah menyaksikan tiga babak berlalu. Dan dewasa ini kita sedang menjalani babak keempat. Tinggal satu babak terakhir yang perlu disongsong kedatangannya.

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: “Akan berlangsung babak (1) An-Nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung babak (2) kekhalifahan menurut sistim kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung babak (3) kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian berlangsung babak (4) pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya Kemudian akan berelangsung kembali babak (5) kekhalifahan menurut sistim kenabian. Kemudian beliau diam”.(HR Ahmad 17680)

Babak pertama dan kedua merupakan babak yang sangat ideal. Pada babak pertama ummat Islam langsung dipimpin dan dibimbing oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sedangkan babak kedua ditandai dengan munculnya empat orang Al-Khulafa Ar-Rasyidin (para khalifah yang terbimbing) yang terdiri dari sahabat-sahabat terbaik, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibnul-Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhum ’ajma’iin. Keempat sahabat ini termasuk sepuluh sahabat yang dijanjikan surga oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Sesudah itu, pada babak ketiga ummat Islam mengalami kepemimpinan para raja-raja yang kebanyakan di antara mereka berlaku zalim. Namun demikian –walau jarang- ada juga yang adil seperti cicit Umar ibnul-Khattab radhiyallahu ’anhu, yakni Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Babak ketiga ditandai dengan silih bergantinya aneka kerajaan Islam. Namun secara garis besar ada tiga di antaranya yang sangat signifikan, yakni Dinasti Kerajaan Bani Ummayyah, Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Turki Ustmani.

Setelah runtuhnya kekhalifahan terakhir yakni Kesultanan Turki Utsmani, maka duniapun memasuki babak keempat. Inilah babak dimana kita hidup dewasa ini. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa di babak keempat ini ummat bakal dipimpin oleh para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang menindas/memaksakan kehendak alias para diktator). Dan benar saja, semenjak ditinggalkannya babak ketiga, dunia segera menyaksikan bagaimana kepemimpinan yang semula berlangsung selama ribuan tahun di bawah kepemimpinan ummat Islam atas dunia, tiba-tiba Allah gilirkan dan serahkan kepada kaum kafir yang kemudian memaksakan kehendak mereka dan mengabaikan Kehendak Allah dan RasulNya. Belum pernah dalam sejarah Islam di Akhir Zaman kita merasakan keterasingan dari ajaran Islam sebagaimana yang kita alami dewasa ini. Kepemimpinan dunia dewasa ini diarahkan dari Barat yang notabene merupakan Judeo-Christian Civilization (Peradaban Yahudi-Nasrani). Segenap negeri kaum muslimin mengekor ke Barat. Keadaan ini telah di-Nubuwwah-kan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sejak dulu:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ

لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (MUSLIM - 4822)

Babak keempat ini merupakan babak paling kelam dalam sejarah Islam. Ibarat sebuah filem, maka babak keempat merupakan potongan filem dimana jagoannya mengalami kekalahan sementara penjahatnya berada di atas angin. Di babak ini kaum muslimin dituntut untuk bersabar dan melipatgandakan kesabarannya menyaksikan kesewenang-wenangan kaum kuffar. Puncak dari kegelapan babak keempat ialah keluarnya puncak fitnah, yakni Dajjal. Dajjal merupakan tanda besar pertama yang menandakan semakin dekatnya Kiamat. Tidak mengherankan bila Ahmad Thomson, seorang penulis muslim berkebangsaan Inggirs, menyatakan bahwa dunia modern dewasa ini sedang mengokohkan dirinya menjadi sebuah Sistem Dajjal yang kian hari kian hegemonik dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan pemimpinnya yakni si mata tunggal Dajjal. Dan tidak mengherankan pula bila pada babak ini terjadi akselerasi kemunculan tanda-tanda kecil Kiamat yang umumnya berupa fenomena pelanggaran hukum Allah dan RasulNya. Sebab ini merupakan babak yang mendahului munculnya babak kelima dimana pada saat itu justru dunia akan menyaksikan kembali kedamaian dan keberkahan ketika diberlakukannya kembali hukum Allah dengan tegaknya babak (5) kekhalifahan menurut manhaj (sistim) kenabian.

يَخْرُجُ في آخِرِ أُمَّتي اَلمهَدِيُّ يَسْقِيهِ الله ُالْغَيثَ وَتُخْرِجُ الأَرضُ نَبَاتَهَا وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ يَعِيشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا يَعْنِي حُجَجًا

“Pada masa akhir ummatku akan muncul Al-Mahdi. Pada waktu itu Allah menurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta (penghasilan), banyak ternak, ummat menjadi mulia dan dia (Al-Mahdi) hidup selama tujuh atau delapan tahun.” (HR Al-Hakim 4:557-558)

Bila kita ikuti berbagai perkembangan situasi niscaya begitu banyak contoh nyata di sekitar kita yang membenarkan bahwa kita sekarang berada dalam babak paling kelam dalam sejarah Islam. Kaum muslimin banyak yang meniru pola hidup kaum Yahudi-Nasrani. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh dunia dewasa ini berkiblat kepada kepemimpinan dunia yang berperadaban Yahudi-Nasrani. Kebanyakan pemimpin negeri muslim mengekor kepada mereka. Bahkan sistem hukum dan kemasyarakatanpun menjiplak sistem mereka. Apalagi di bidang budaya dan hiburan praktis kaum muslimin menikmati produk mereka sepenuhnya. Padahal Allah memperingatkan akibat yang bakal timbul jika tingkah mengikuti mereka dilestarikan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51)

Setidaknya ada dua akibat yang Allah ancam akan menimpa kaum muslimin jika menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi role-model (kiblat kepemimpinan). Pertama, Allah katakan ”Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” Artinya, Allah tidak pandang lagi kita sebagai ummat Islam, melainkan menjadi bagian dari mereka (Yahudi dan Nasrani). Dan kedua, Allah memandang kita sebagai orang-orang yang zalim yang tidak layak memperoleh petunjuk-Nya.

Jika kedua akibat tersebut telah menjadi kenyataan, maka tidak mengherankan bilamana jumlah besar penduduk muslim di berbagai penjuru dunia tidak membawa serta pengaruh signifikan ajaran Islam yang dianutnya. Di samping itu kita menjadi faham mengapa dengan mudahnya kaum muslimin rela menanggalkan ideologi Islam dan menerima ideologi asing yang ditawarkan kaum Yahudi-Nasrani. Sebab mereka lebih tertarik mengikuti petunjuk kaum Yahudi-Nasrani daripada petunjuk Allah dalam menata kehidupan pribadi maupun kolektif.

Saudaraku, marilah kita bertekad menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai turning point (titik balik) agar kaum muslimin menelusuri kembali jatidirinya yang sejati. Marilah kita melaksanakan shaum (berpuasa) dalam arti sebenarnya. Kita menahan diri dari godaan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang menindas/memaksakan kehendak alias para diktator). Jangan hendaknya giliran kepemimpinan kaum Yahudi-Nasrani di babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam di Akhir Zaman membuat kita menjadi inferior (rendah diri). Sehingga kita menggunakan kaedah kaum kafir If you cannot beat them, then you join them (jika kamu tidak sanggup mengalahkan mereka, maka bergabunglah bersama mereka). Sekal-kali tidak, saudaraku...!! Marilah kita bersabar dalam beriman dan berislam di era paling kelam dalam sejarah Islam ini. Memang tidak mudah, tapi percayalah, hanya dengan berpegang kepada jatidiri Iman dan Islam yang diperintahkan Allah-lah kita bakal sanggup menyambut datangnya babak kelima, yakni tegaknya babak (5) kekhalifahan menurut manhaj (sistim) kenabian.

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139)

Saudaraku, marilah kita mengembangkan mentalitas pemenang walaupun dalam realitanya kemenangan itu belum kita raih. Daripada mengembangkan mentalitas pecundang demi terpenuhinya mimpi seolah-olah sudah meraih kemenangan... Hasbun-Allahu wa ni’mal Wakiil. Ni’mal Maula wa ni’man Nashiir.

Wallahu a’lam bish-showwaab.

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan paling di nanti oleh semua umat muslim di seluruh duunia. sebagai umat muslim kita harus mempersiapkan semua untuk menyambutnya. persiapan ini lebih kepada kesiapan hati dan mental disamping kesiapan fisik untuk melaksanakan ibadah shoum kali ini.
ada beberapa ibadah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, antara lain :
1)sholat tarawih
2)memperbanyak membaca AlQuran
3)Memberi buka puasa untuk orang yang berpuasa
4)menyantuni anak yatim dan fakir miskin

marilah kita semua meraih ampunan di bulan ramadhan nanti, karena barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan mengharap keridaan Alloh, maka akan diampuni semua dosanya yang telah lalu. Amin

Saat menulis ini, pikiran saya lagi tidak dalam kondisi enak ( baca: lagi suntuk). Entah kenapa hal ini terjadi tanpa sebab yang significant, tanpa alasan yang jelas. Berharap dengan menulis ini, bisa sedikit menghibur hati yang gundah gundala eh gulana.

Banyak yang terjadi akhir-akhir ini, dan tak bisa dipungkiri banyak hal yang tidak begitu mengenakan terjadi dan menyerang secara bertubi-tubi tanpa bisa dihindari. Ditambah kacau balaunya situasi hati, maka kloplah mereka membuat suasana hati menjadi tak menentu.

Tapi memang itulah hati, yang sudah sifatnya bisa dengan mudah di bolak balikan, tapi rasanya sungguh tidak enak bermain dengan mereka ( hati red). Butuh latihan khusus ribuan tahun untuk bisa berkompromi dengan mereka.
Hmmm.. semoga perasaan ini tidak berlangsung lama, semoga mendung kelabu pembawa badai akan cepat berlalu dan berganti dengan langit biru cerah berhias mentari di antara pelangi, (lebay mode ON)